web 2.0

Parfum, Cerminan Sebuah Kepribadian

maya1

Oleh Retno HY*

PUTRI Cleopatra dalam berbagai cerita dikenal sebagai putri yang begitu menggilai wewangian. Ini menunjukkan kalau wewangian atau fragrance sudah dikenal sejak zaman sebelum Masehi.

Bahkan pada abad ke-16, fragrance yang kita kenal dengan sebutan parfum atau cologne mengalami zaman keemasan. Kalangan bangsawan pada masa itu mengagumi khasiat sebagai pengharum. Harganya yang mahal karena faktor pembuatannya memakan waktu lama, menjadikan fragrance sebagai bagian dari gaya hidup.

Hal ini pula yang tengah kembali terjadi. Masyarakat tanpa batasan usia maupun jenis kelamin, menjadikan parfum sebagai bagian dari penampilan mereka. Tengok saja manakala diva pop Mariah Carey meluncurkan salah satu merek parfum di akhir Agustus lalu. Meski baru dilansir di media cetak, tetapi antusias pengagum parfum untuk segera memiliki parfum pelantun lagu “Touch My Body” ini.

“Karena bagaimanapun image seorang bintang dengan apa yang digunakan sangat kuat. Apalagi diungkapkan sang diva ini kalau parfum miliknya sangat feminin, fun, dan menggoda. Selain itu, merupakan cerminan dari kehidupan dirinya selama beberapa tahun terakhir yang sangat mengagumkan,” ujar Hermina, salah seorang penjaga counter parfum di salah satu pusat perbelanjaan Jalan Kepatihan Kota Bandung.

Bukan hanya keharuman awal Sicilian, nuansa keharuman laut, dan italian sparkling cocktail bellini, serta nuansa taman bunga mawar, white musk, yang dideskripsikan sebagai floral melody, yang menjadikan parfum Mariah Carey diburu.

“Lebih karena gaya hidup saja, secara tidak langsung bila seseorang mampu mendapatkannya seawal mungkin gengsi seseorang akan naik. Dan, parfum yang didapat mungkin hanya akan menjadi koleksi,” tutur Hermina.

Sejalan dengan kegunaannya, sebagai bagian dari gaya hidup seseorang, parfum ataupun cologne tidak hanya sebagai pewangi tubuh, namun beralih menjadi suatu media yang menentukan bagi setiap pemakainya. Hal ini disebabkan efek media televisi dan majalah yang terus-menerus memberi fantasi yang begitu mewah, eksotik, dan mahal.

Bahkan bila dihubungan dengan setiap penggantian tren fashion, parfum tampak begitu erat saat ini. Selain menyesuaikan bahan pakaian dan aksesori, kini parfum memegang peranan penting untuk menyempurnakan keseluruhan penampilan pria ataupun wanita. Bukan hanya sesuatu yang tampak dari luar, melainkan juga apa yang ada dalam diri si pemakainya. Oleh karena itu, tidak salah bila ada ungkapan, cologne afters your mood. Parfum bisa menjadi suatu yang dapat mendefinisikan mood seseorang.

Suatu momen dalam hidup, dapat dinikmati melalui sebuah parfum, dan momen lain dapat dinikmati dengan aroma parfum yang membedakan. Karena setiap parfum memang memiliki karakter berbeda, ada yang segar, manis, seksi, hangat, tegas, atau maskulin.

“Yang menarik, manakala mencium aroma parfum, bukan hanya indra penciuman yang bekerja, imajinasi kita juga terkadang ikut terbawa terbang. Wewangian yang segar bisa membuat kita teringat pada aroma daun perdu atau batang kayu basah di hutan, sementara aroma bunga-bungaan akan membuat kita merasa seperti putri cantik yang lembut dan anggun,” ujar Maya, salah seorang pemakai yang merasa kurang pede (percaya diri) bila tidak menggunakan parfum.

Menurut Maya, saat ini dengan banyaknya toko refill parfum, bukan berarti mudah untuk mendapatkan parfum sebagai penanda gaya hidup seseorang. Bahkan kalau salah mengenakan, bisa-bisa bukan karakter pengguna yang tampil, tetapi justru sebaliknya.

Menurut Maya, di balik sebotol parfum berdesain cantik, dibutuhkan hasil kerja keras perfumer (sebutan peracik parfum) yang berpengalaman untuk meraciknya. Mereka adalah orang-orang yang indra penciumannya lebih sensitif daripada orang biasa. “Para perfumer memiliki hidung yang sensitif dan sangat kuat. Selain itu, mereka tahu parfum yang cocok sesuai karakter konsumennya,” ujar Maya.

Lucky Lukmansyah salah seorang pemilik gerai parfum di pusat perbelanjaan Dalem Kaum, Kota Bandung, mengatakan, tidak banyak perfumer yang mampu membaca keinginan dari seorang konsumen. “Karena gaya hidup dan aktivitas setiap konsumen berbeda-beda, belum lagi keinginannya,” ujar Lucky.

Selain memiliki bakat alami, menurut Lukcy seorang perfumer juga harus memiliki rasa ketertarikan yang besar dengan wewangian. Bayangkan saja jika setiap hari kita harus mencium lebih dari 2.000 aroma wewangian, dan bila tak punya passion yang tinggi, pasti tak akan kuat.

Selain itu, kata Lucky, tentunya karena fungsi parfum saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup, maka perfumer juga harus memiliki pemahaman yang cukup tinggi akan tren, gaya hidup, dan budaya suatu bangsa. “Oleh karena itu, parfum tidak selalu harus harum menyengat, tetapi punya misi juga. Misi sebagai bagian dari gaya hidup,” kata Lucky. []

* Wartawan Pikiran Rakyat, http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=49633

One Response to “Parfum, Cerminan Sebuah Kepribadian”

  1. Glad i recently uncovered this website, will make sure to book mark it so i can stop by frequently.

Leave a Reply